Rabu, 21 Oktober 2009

Membersihkan Hati (4) - "AMARAH"

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Marah merupakan suatu nyala api yang diambil dari api Allah yang dinyalakan yang membakar sampai ke hati. Barang siapa yang dikuasai oleh amarah, maka dia mendekati urat setan karena dia adalah makhluk yang berasal dari api. Menghancurkan kemarahan yang berlebihan adalah hal yang penting dalam agama.


Nabi SAW bersabda :"Bukanlah orang yang kuat itu yang bisa (mengalahkan lawannya dalam) bergulat. Sesungguhnya orang yang kuat itu adalah yang mampu menguasai dirinya ketika marah"."Marah itu merusak iman seperti cuka merusak madu"."Siapa saja yang marah, niscaya dia telah mendekat ke neraka". Seseorang bertanya kepada Nabi SAW :"Wahai Rasulullah, apa yang paling berat ?". Beliau menjawab "Murka Allah". Lalu dia bertanya lagi,"Lantas apa yang dapat menyelamatkanku dari murka Allah?". Beliau menjawab :"Janganlah engkau marah". Dan dia mengulanginya kepada Rasulullah SAW berulangkali dan beliaupun senantiasa menjawab :"Janganlah engkau marah".


Bagaimana mungkin engkau tidak menganggap penting penyakit marah yang secara lahiriah mengakibatkan pukulan, celaan, dan umpatan ?. Dan secara batin mengakibatkan iri, dengki, menampakkan keburukan dan perasaan gembira atas bencana orang lain, dan senantiasa menyebarkan rahasia, membuka tirai pelindung, senang dengan musibah yang menimpa orang yang tidak disukai, serta gelisah dengan kebahagiaannya. Setiap sifat buruk ini semuanya membinasakan.


Lantasa apa yag harus dilakukan ? Ada dua hal yang senantiasa harus ditanamkan dalam setiap hati manusia.


Pertama
, menghancurkannya dengan cara melatihnya. Dalam hal ini tidak dimaksudkan menghilangkannya karena akarnya memang tidak bisa hilang dan tidak sepatutnya dihilangkan. Bahkan seandainya hilang ia wajib didapatkan kembali. Marah adalah alat untuk berperang dengan orang-orang kafir, melarang perbuatan mungkar, dan (dibutuhkan) oleh banyak perbuatan baik. Ia seperti anjing pemburu. Ia harus dilatih dan diajari hinggga terbiasa dengan akal dan syariat. Bangkit marahnya dengan petunjuk akal dan syariat, juga diamnya karena petunjuk keduanya, serta tidak melawan keduanya, sebagaimana tunduknya anjing pemburu pada tuannya. Ini mungkin dapat diwujudkan dengan perjuangan keras, yaitu membiasakan sikap sabar dan mampu menanggung beban berbareng dengan penolakan terhadap pendorong-pendorongnya.


Kedua
, menekan marah keika ia menyerang dengan menahan diri yang dibantu dengan ilmu dan amal. Mengenai ilmu, ia mesti menyadari bahwa tidak ada yang menyebabkannya marah kecuali dia tidak senang sesuatu terjadi atas kehendak Allah, bukan atas keinginan dirinya sendiri, dan bahwasanya kemuliaan Allah sangat besar. Dan beberapa kali dia bermaksiat kepadaNya dan menentang perintahNya. Lantas mengapa dia marah kepada orang lain jika orang lain menentangnya ? Bukankah perintahnya atas hamba sahayanya, keluarganya, dan sahabatnya tidak lebih layak daripada perintah Allah SWT atas dirinya ?


Adapun amalannya maka ia harus berkata "Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk" (A'udzubillahi minasysyaitaanirrajiim), karena ia tahu bahwa marah itu berasal dari setan. Jika ia belum tenang, maka dia harus duduk bila sedang berdiri, dan ia harus berbaring bila ia dalam keadaan duduk. Sebab dengan demikian akan datang kebaikan dengan mengubah posisi yang berpengaruh atas proses penenangan. Jika belum tenang juga, maka hendaklah ia berwudlu. Nabi SAW bersabda :"
Sesungguhnya setan terbuat dari api, dan sesungguhya api dapat dipadamkan dengan air. Jika salah seorang diantara kalian marah, maka hendaklah ia berwudlu".


Nabi SAW juga besabda :"
Ketahuilah bahwa kemarahan adalah bara api dalam hati manusia. Bukankah engkau bisa melihat pada matanya yang memerah dan darahnya yang naik ? Siapa yang menemukan salah satu hal tersebut, maka hendaklah ia memukul pipinya dengan tanah". Ini petunjuk dalam upaya menenangkan anggota tubuh yang paling mulia, yaitu wajah, dengan sesuatu yang paling rendah, yaitu tanah. Yakni untuk menghancurkan kesombongannya, sebab kesombongan adalah faktor utama kemarahan dan juga untuk diketahui bahwa ia adalah hamba yang hina, sehingga ia tak layak untuk sombong dan marah.


Nabi SAW bersabda :"
Sesungguhnya seseorang dengan kesabaran akan mendapatkan derajat orang yang selalu shalat dan puasa, dan ia akan tertulis sebagai orang yang perkasa terhadap sesuatu yang dikuasainya, kecuali kepada keluarganya"."Barangsiapa yang mampu menahan kemarahan, padahal kalau dia mau niscaya dia mampu melampiaskannya, maka Allah Ta'ala akan memenuhi hatinya dengan rasa aman dan keimanan pada hari kiamat"."Tidak ada satu tegukan yang lebih disukai oleh Allah daripada tegukan kemarahan yang ditahan oleh seorang hamba. Dan tidaklah seorang hamba menahannya, kecuali Allah akan memenuhi dadanya dengan keimanan"


Catatan :
Marah harus dikendalikan, dia tidak dapat atau boleh dihilangkan karena sangat dibutuhkan dalam melakukan kebaikan. Sabar adalah kunci dalam mengendalikan amarah. Amarah membutakan mata hati untuk melihat kebenara. Semoga kita dilapangkan jalan untuk senantiasa dapat mengendalikan kemarahan dan digolongkan dalam golongan orang-orang yang sabar dan shaleh.



Cuplikan dari "Jalan Mudah Menggapai Hidayah - 40 Prinsip Agama", Al-Gazhali, Pustaka Hidayah.



Selanjutnya : DENGKI

Tidak ada komentar:

Beautiful Animals