Saya pernah bertugas di Kabupaten Blora selama kurang lebih satu tahun. Kabupaten yang berada di ujung Timur Utara Jawa Tengah ini termasuk daerah miskin walaupun sebagian besar dipenuhi hutan jati terbaik di Indonesia dan terdapat kilang minyak yang dikelola oleh Pertamina dan Exxon Mobile. Masyarakat kebanyakan hidup sederhana dari bertani dan beternak.
Ada suatu cerita yang sampai saat ini masih saya ingat karena mengandung makna yang sangat dalam. Cerita ini disampaikan oleh seorang pejabat pertanian yang bukan asli Blora dan memang ceritanya bukan mengenai orang Blora, tapi mengenai prinsip hidup sang kakak pejabat itu yang tinggal di daerah Jawa Timur. Suatu cerita dimana kesederhanaan dalam mengarungi kehidupan dipegang teguh. Akan tetapi jangan salah, karena dengan prinsip kesederhanaannya itulah anak-anaknya bisa berhasil dalam pendidikannya.
Kira-kira beginilah percakapan yang pernah terjadi antara sang adik yang pejabat dengan sang kakak yang petani (percakapan mereka tentu dalam bahasa Jawa, tapi beliau menterjemahkannya untuk saya) :
Adik :"Mas, kamu ini menurut saya termasuk orang yang cukup ya walaupun hanya bertani".
Kakak :"Ya beginilah dik, saya ini petani. Jadi petani mesti tahu diri karena penghasilan dari bercocok tanam itu tidak banyak. Makanya Mas harus pintar-pintar berhitung agar hasilnya mencukupi buat hidup".
Adik :"Tapi saya lihat penghasilan Mas pasti besar, buktinya ini rumah lumayan bagus, anak-anak juga bisa kuliah semua".
(kalau tidak salah 2 dari 4 anaknya sudah Sarjana dan berkeluarga, dan juga sudah bekerja di suatu perusahaan dengan posisi yang baik)
Kakak :"Ya itulah ... semua saya syukuri ... apa yang sekarang saya hasilkan membuat saya seneng dan tentrem. Tinggal dua lagi ponakanmu yang masih kuliah".
Adik :"Syukur lah Mas, saya ikut seneng melihatnya".
Kakak :"Mas sekarang sudah tidak terlalu repot lagi, anak-anakku yang maish kuliah selalu dibantu kakaknya yang sudah kerja".
Adik :"Nah ... itu juga yang bikin saya heran sama Mas ini".
Kakak :"Heran kenapa ? Memang ada yang aneh?"
Adik :"Ya .. saya heran sama Mas, dari dulu sampai sekarang kemana-mana naik andong atau angkot. Mbok ya beli motor atau mobil gitu, biar kemana-mana jadi mudah. Saya kan tahu Mas ini pasti mampu beli mobil".