Senin, 02 November 2009

Sepi Yang Bermakna

Kata siapa kesepian itu tidak enak ? Memang sih, banyak orang yang tidak suka kesepian. Akhirnya tidak betah tinggal di rumah, kelayapan nyari teman bicara. Makanya banyak Bapak-Bapak sering keluar malem nyari temen gaple atau sekedar diskusi politik, bicarakan hal yang sebenernya gak ada kaitannya dengan kehidupannya. Sampe satpam di kompleks yang cuman sekolah SMP aja diajak diskusi politik !. Ibu-ibu jadi seneng arisan disana-sini. Gak mau kalah, anak-anaknya keliling pake motor nyari temen yang bisa diajak jalan. Sepi itu bikin ”bete” kata anak gaul sekarang mah.

Semua orang saya rasa pernah atau bahkan sering merasa kesepian, walaupun tinggal di rumah dengan anak-anak atau minimal berdua dengan istrinya. Kalau begitu, bagaimana dengan ”The Single Fighter” alias yang hidup sendirian ? Gak bisa dibayangkan perasaan kesepiannya ! Kata siapa ? Emang pernah wawancara sama orang seperti itu ?

Let’s see.....

Kapan atau dalam kondisi apa kita merasa kesepian ? Menurut pengalaman saya dan beberapa komentar dari anak dan kerabat, rasa sepi timbul pada saat kita tidak punya kegiatan, tidak punya lawan bicara, atau sedang tidak ada yang harus/bisa dipikirkan. Rasa sepi datang bukan hanya saat tidak ada orang lain di sekitar kita, saat sedang ramai pun rasa sepi itu bisa kita rasakan. Atau untuk sebagian orang, sepi itu datang saat ”sesuatu” yang kita butuhkan tidak bisa kita dapat. Bener nggak ? Dalam kondisi seperti ini, kita jadi seperti orang linglung, pikiran melayang kemana-mana tanpa tujuan yang jelas. Orang yang biasa sms-an akan merasa kesepian saat tidak ada satupun sms nya dibalas. Yang biasa ngobrol di pos ronda akan merasa kesepian saat keluar rumah, pos ronda kosong tidak ada yang nongkrong. Seorang Bapak akan merasa kesepian saat menjelang lebaran ditinggal mudik duluan oleh istri dan anaknya karena cutinya belum di-acc bosnya. Kondisi yang tidak biasa lah yang menciptakan rasa sepi.

So....

Kuncinya adalah kreativitas. Bagaimana kita memanfaatkan waktu agar tidak kosong dari kegiatan. Terserah...., kegiatan fisik atau kegiatan bathin / berfikir (asal jangan menghayal !). Mengubah tata letak ruangan / kamar, menghias ruangan, berkebun, atau bersihkan kamar mandi, atau bersihkan halamannya tetangga. Bisa juga membaca buku, menggambar (kalo bisa), mengaji, atau sekedar berzikir. Yang penting tidak berbuat onar. Atau kalau ngantuk ya lebih baik tidur.

Selesai penjelasannya ? Belum atuh, indahnya sepi kan belum dibahas ! Bagaimana bisa ?

Ada suatu pengalaman menarik (menurut saya !). Saat dalam kondisi ”pencarian” (bisa juga dibilang pencarian jati diri, karena saya pernah juga kehilangan kayu jati.. eh jati diri deng). Saat itu justru saya bisa menikmati kesendirian, kesendirian dan kesepian yang justru saya butuhkan. Waktu lebih banyak dihabiskan dalam perenungan. Berbagai pertanyaan saya jejalkan dalam otak yang tidak begitu besar ini. Termasuk pertanyaan apakah Allah itu benar-benar ada !! Apakah surga dan neraka itu telah disiapkan !? Buat apa manusia diciptakan beserta kelengkapan dunia ini, padahal kerusakan yang mereka lakukan ? Akhirnya saya mendapat kesimpulan yang justru sederhana. Kalau benar maka....... dan kalau tidak benar maka ....... Tinggal kita pilih..., kebaikan atau keburukan, kenikmatan atau kesengsaraan? BETAPA NIKMATNYA MENDAPATKAN JAWABAN DARI SUATU PERTANYAAN DISAAT SEPI DALAM KESENDIRIAN. Saat jawaban didapat, ketenangan akan mengalir di setiap pembuluh darah kita (bahasa puisi).

Banyak hal yang kita lupakan pada saat kita aktif berkomunikasi dengan orang lain atau beraktifitas secara fisik, justru disaat kita sepi sendiri lah kita banyak menemukan jawaban dari sesuatu. Kalau begitu lebih baik sepi daripada ramai ? Ya tidak lah... Keramaian kita butuhkan untuk mencari penghidupan dan memperkaya pengalaman, kesepian kita butuhkan untuk menyimpulkan pengalaman dalam rangka evaluasi diri. Kalau boleh disimpulkan, saat dalam keramaian kita menggali pengalaman, saat dalam kesepian kita menggali pikiran. Gampang kan ?

Ya tidak segampang itu dong. Tidak semua orang bisa melakukan itu. Kuncinya terletak pada ilmu, apapun ilmu itu, terutama ilmu kehidupan (prioritasnya ya ilmu agama, tauhid, ketuhanan). Yang sekolah, senangilah pelajaran di sekolah. Yang sudah tidak sekolah, senangilah pengetahuan dengan membaca, melihat, mendengar, atau bahkan merasakan. Kenapa bisa begitu ? Karena hanya dengan ilmu pengetahuan yang luas dan pemahaman yang mendalam setiap manusia bisa berkreasi. Ilmu harus disertai pemahaman.

Ingat-ingat, doa apa yang paling pertama diajarkan di sekolah selain Al-Fatihah dan Al-Ashr ? ”Rabbi zidnii ilmaa, warzuknii fahmaa”, Yaa Allah, tambahkanlah ilmu padaku dan berilah rezki pemahaman (terhadapnya). Bertambah ilmu saja tidak cukup tanpa pemahaman, sama dengan mengaji saja tidak cukup tanpa mengerti terjemah atau tafsirnya. Lebih baik sedikit ilmu tapi dipahami daripada banyak ilmu tapi kosong dari pemahaman.

Tambah lama ini tulisan tambah melenceng, kayak mau bikin buku saja.

Kembali ke lap... eh sepi.

Lebih nyaman mana, saat dalam kesenangan keramaian atau saat kesepian ? Lebih nyaman mana, pada saat kita berhenti dari keramaian kemudian tiba-tiba sendirian atau saat kita keluar dari kesepian dan bergabung dalam keramaian ? Kira-kira identik tidak dengan kenyamanan saat kita makan tiba-tiba makanan habis sebelum kenyang atau saat kita berlapar-lapar kemudian mendapat makanan ? Nikmat yang mana ?

Kalau kita mau mengingat-ingat pengalaman hidup kita, rasanya kita akan sepakat bahwa kita sering merasakan kedekatan dengan Tuhan saat kita merasa kesepian. Dan sebaliknya, ingatan kita pada Tuhan akan lepas pada saat kita dalam kesibukan keramaian. Makanya, banyak Kiayi, Sufi, Pendeta, Rabi, atau pemuka agama lainnya yang menyempatkan untuk menyepi karena dengan menyepi mereka mendapatkan dirinya dekat dengan Tuhannya. Dengan perasaan kedekatan dengan Tuhannya, secara manusiawi mereka mendapatkan kenyamanan yang sesungguhnya.

Jadi... kenapa banyak orang menghindar dari kesepian ? Karena kita jarang mencari kenikmatan yang bersifat abstrak yang justru bisa kita dapatkan saat kita sepi sendiri.

Pernah tidak, saat kita mendaki gunung lalu duduk istirahat sebentar di puncak lalu memandang ke arah lembah yang luas ?

Pernah tidak, saat kita dalam pesawat kita liarkan pandangan kita ke arah bumi, pulau-pulau, birunya lautan luas, atau awan yang berarak ?

Pernah tidak, saat kita di pinggir pantai atau dalam perjalanan menaiki kapal kita memandang jauh ke ujung lautan yang begitu luas ?

Pernah tidak, saat habis shallat subuh masih gelap gulita kita jalan-jalan sendirian, mencermati bayangan pepohonan dan lampu-lampu jalan atau taman, sampai terlihat bayangan merah di langit dan kemudian matahari mulai terbit memancarkan sinar merah cerah ?

Pernah tidak saat menjelang magrib duduk di tengah sawah yang sepi, atau di pinggir pantai atau danau, memandang ke arah tenggelamnya matahari, sampai terdengar sayup-sayup suara adzan ?

Pernah tidak, pada saat bangun tengah malam, lalu kita shallat, terus membaca buku agama sambil merenungi maknanya ?

Apa yang kita rasakan ?

KENIKMATAN YANG HAKIKI DALAM KESEPIAN KESENDIRIAN. SAAT DIMANA KITA MERASAKAN ADANYA TUHAN, ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA.

Semoga Allah memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada kita semua untuk menikmati rasa sepi agar kita lebih sering diingatkan kepadaNya. Karena kenikmatan hidup yang hakiki hanya didapatkan saat kita merasa dekat denganNya.

Yaa Allah Yaa Rabbi, ampunilah hambaMu ini yang lebih merindukan keramaian padahal dengan keramaian itu kami lebih sering melupakanMu. Ampunilah kami karena kami tidak menyukai rasa sepi padahal rasa sepilah yang lebih banyak mengingatkan kami akan ketidakberdayaan kami dan kebesaranMu.

Tidak ada komentar:

Beautiful Animals