Selasa, 03 November 2009

MISKIN ITU INDAH ?

Tiba-tiba saja saya teringat sesuatu yang rasanya pantas untuk diceritakan. Ada seorang sahabat pernah mengungkapkan isi hatinya. Tepatnya karena saya pernah bertanya : “Kamu kok dari dulu begitu-begitu saja padahal saya lihat potensi kamu untuk jadi orang kaya cukup besar ?. Kemampuan kamu saya lihat di atas rata-rata orang yang saya kenal. Kamu sering dapat pekerjaan besar dan istrimu juga kerja”.

Sahabatku cuman menjawab datar: “Saya ini kan orang digaji, pendapatan saya sudah jelas besarnya tiap bulan. Dikasih pekerjaan besar atau kecil sama saja karena di kantorku tidak mengenal adanya bonus prestasi. Kalau saya bisa nabung ya syukur, kalau tidak juga penghasilan kita kan habis untuk anak istri, bukan untuk orang lain”

Aku balik nanya :”Yaa.., tapi kan kalau liat teman-teman kantormu rata-rata mereka bisa punya tabungan lebih. Mestinya kan dari anggaran yang disediakan kamu bisa mainkan supaya ada lebihnya buat kamu. Saya lihat orang-orang melakukan hal itu dan yang begitu kan sah sah saja. Namanya juga karena usaha kita”

Akhirnya dia cerita cukup panjang, begini :

Pada prinsipnya, kalau kita kerja sama orang dengan sistim gaji, apapun yang ditugaskan oleh kantor, besar atau kecil, berat atau ringan, bayarannya kan sudah disepakati sekian. Kalau lantas saya mengusahakan agar biaya opersional pekerjaan saya lebih irit, itu juga kan tuntutan prestasi dari kantor. Jadi rasanya saya tidak berhak lah untuk mengambil sisa anggaran, karena memang perusahaan kan tujuannya menguntungkan. Kalau perusahan selalu beruntung, kita juga terjamin akan bekerja terus. Coba kalau perusahaan rugi terus, lama-lama bangkrut dan kita terpaksa cari kerjaan lain. Kan repot juga.

Kalau yang kamu maksud saya tidak pernah mengambil untung barang sedikit pun ya tidak juga sih. Saya kadang-kadang juga kalau kantor menugaskan saya belanja barang, saya cari tempat yang paling murah dengan kualitas yang sama baiknya, lantas saya minta discount. Nah kelebihan discount itu saya ambil, lantas saya bagi-bagi ke sopir dan office boy, agar mereka senang bekerja walaupun gajinya kecil. Kalau saya ambil sendiri kan tidak seberapa, tapi buat mereka yang gajinya 20% dari kita kan sangat berarti. Buat saya, uang seperti ini masih dapat dimiliki karena tidak sampai merugikan perusahaan.

Saya juga pernah mendapatkan kemudahan pekerjaan di tempat proyek sampai perusahaan dapat menghemat biaya operasional cukup tinggi. Tapi yang begini saya tidak berani ambil, tetap saya laporkan apa adanya karena walaupun penghematan itu terjadi karena pendekatan saya di lokasi tapi saya datang dengan baju perusahaan. Jadi menurut saya hal itu merupakan keuntungan perusahaan. Saya sih senang saja karena bisa membuat senang bos kita. Saya tahu, banyak teman-teman yang menganggap bahwa keuntungan pekerjaan atas usaha lebih kita itu berhak kita ambil, tentunya tanpa sepengetahuan perusahaan. Yang penting perusahaan tidak tahu dan setuju dengan biaya yang kita laporkan. Kalau saya sih menganggap bahwa hal ini menjadi subhat karena toh tidak ada perjanjian apa-apa antara kita dengan perusahaan mengenai status keuntungan seperti itu. Yang jelas saya yakin, temen-temen yang suka mengambil keuntungan seperti itu pasti punya rasa takut jangan sampai perusahaan tahu. Kalau statusnya membuat was-was menurut agama saya kan sudah ciri-ciri perbuatan dosa.

Maka dari itu, saya tidak pernah punya penghasilan lebih dari apa yang dibayarkan kantor untuk saya. Saya juga tidak pernah minta-minta bonus atas prestasi saya. THR pun kalau kantor tidak menyediakan tidak pernah saya tuntut karena mungkin memang kondisi keuangan kantor sedang tidak baik.

Saya lihat temen-temen juga suka menyisihkan waktu untuk melakukan bisnis di luar kantor. Sah-sah saja sih asal tidak menyita waktu kerja kantor aja. Kan kita sudah komitmen dibayar sekian untuk bekerja sekian jam sehari dan sekian hari seminggu. Lagi pula kayaknya saya memang kurang berbakat untuk itu.

Kalau begitu saya ini termasuk pekerja yang kurang beruntung dong ? Kerja sering berat tapi penghasilan tetap ? Tidak juga. Dengan seringnya kantor memberikan tugas berat pada kita, banyak keuntungan yang kita dapat. Yang jelas kita sudah terbiasa kerja berat, kedisiplinan kita terbina, dan pasti kemampuan keterampilan kerja kita terus bertambah. Kalau kemampuan kerja bertambah, setiap pekerjaan akan terasa mudah kan ? Artinya kita kerja berat tapi happy ! Coba kalau kita tidak punya pengalaman mengerjakan hal-hal yang berat, begitu dikasih tugas berat bawaannya emosi, stress. Emang enak ?

Lagi pula pengetahuan kita pasti terus bertambah. Bayangkan kalau kita harus sekolah untuk mendapatkan ilmu keterampilan seperti itu, berapa banyak harus kita bayar. Makanya saya enjoy aja dengan kondisi seperti ini. Paling kadang pijit kepala kalau abis bulan anak-anak minta dibelikan itu ini. Kalau masih bisa diusahakan ya diusahakan, kalau tidak ya pasrah saja. Kalau pengeluaran sedang ringan, saya juga masih bisa ajak anak-anak makan di restoran, beli buku, atau beli kebutuhan lain yang menyenangkan.

Pernah juga sih saya kadang ada perasaan menyesal tidak mengambil kesempatan seperti itu padahal kesempatan itu cukup banyak. Hal itu sempat kepikiran juga waktu saya tangani pekerjaan besar dengan biaya besar. Waktu itu saya berusaha keras supaya biaya operasional bisa ditekan sebanyak mungkin. Lumayan juga agak berhasil. Tapi ujung-ujungnya, karena biaya masih dianggap besar, ada tendensi saya dicurigai melipat uang operasional. Sakit sekali rasanya, sampai pikir saya kenapa dulu tidak sekalian saya ambil saja kelebihan hasil penghematan saya karena ada beberapa materi pekerjaan yang harusnya dibayar bisa saya dapatkan secara gratis. Tapi ya sudah lah, kadang orang kan menilai lain. Yang penting saya tidak melakukan penyelewengan.

Saya justru sering mendapat kebahagiaan saat mendapat kesusahan karena ekonomi. Saya biasa lebih khusyu melakukan shallat saat begini, artinya saya bisa lebih mendekatkan diri pada Sang Khalik. Bukannya saya tidak ingin kaya, tapi rasanya dengan begini saja saya sudah bahagia. Banyak kesempatan yang bisa saya manfaatkan untuk berbuat baik, menolong orang walaupun sekedar memberikan saran atau nasihat, dan terutama banyak waktu untuk anak-anak. Pokoknya enjoy lah. Kalau Tuhan memberikan jalan kemudahan saya untuk kaya ya kenapa tidak, sudah pasti saya akan kaya juga.

Ada juga pikiran saya yang lain, saya ini kan termasuk malas melakukan shallat. Masih bolong-bolong lah. Artinya dalam hal ini saya menumpuk dosa kan ?. Makanya saya menghindari dosa lainnya yang saya bisa dan menambah amalan saya dari pengalaman dan keterampilan saya dengan berbagi pada teman dan kerabat saya. Mudah-mudahan sih minimal jadi imbang ya karena Allah itu kan maha adil dan maha mengetahui. Soal saya belum punya apa-apa sampai sekarang, ya sudah lah, mungkin Tuhan hanya mempercayakan amanah kekayaan pada saya sebesar itu, kalau saya dikasih lebih mungkin gak kuat.

Rasul saja memilih tetap menjadi miskin, tambah dia. Berarti miskin itu indah kan ? Asal jangan miskin ilmu aja, menderita kita nanti.


Dipikir-pikir, benar juga alasan sahabatku itu. Buat apa kita mencari kekayaan yang tidak jelas diridhai atau tidaknya oleh Allah. Mendapatkan kekayaan seperti itu pastilah membuat diri kita merasa cemas, takut kalau rahasia itu bocor. Setiap membuat laporan keuangan, kita selalu cemas takut kalau ada yang salah tulis atau salah membuat nota belanja yang akhirnya bisa ketahuan ada kelebihan anggaran. Setiap ada keributan di pihak manajemen pasti kita akan was-was juga, padahal belum tentu sedang membicarakan masalah keuangan.

Saya lihat kehidupan sahabatku itu memang tentram, jarang sekali kelihatan susah. Selalu tertawa dan bercanda. Dapat tugas apapun selalu happy. Pernah saya dengar kantornya terlambat bayar gaji sampai hampir 2 bulan. Apa komentarnya ? Dia bilang kantornya memang lagi susah, yang penting masih ada warung atau temen yang mau ngasih utangan. Kenapa mesti ribut katanya.

Soal kemiskinan, siapa sih yang mau miskin ? Tapi rasanya kalau kekurangan harta itu malah membuat kita lebih tentram dan lebih rajin beribadah, menjadikan kita lebih khusyu dan tawadlu, artinya kekurangan itu justru membawa berkah buat kita. Yang jelas, seperti kata temanku tadi, kalau miskin ilmu sudah pasti orang itu sering mendapat kesusahan. Namanya juga orang bodoh. Siapa juga yang tidak mau kaya ? Yang penting kekayaan itu tetap berkah dan tidak malah membuat kita tambah susah. (Jangan seperti cerita orang kaya jaman dulu yang menyimpan uangnya di dalam lemari sampai bertumpuk-tumpuk. Setiap saat dia harus menghitung jumlah uangnya karena takut ada yang mencuri. Bayangkan saja ! Banyak uang tapi menderita, selalu dihinggapi rasa was-was)

Subhanallah.
Yaa Allah Yaa Rabbi, jauhkan aku dari kekayaan yang dapat menjauhkan diriku dari Engkau, perkayalah diriku dengan ilmu agar aku dapat lebih mengenal Engkau. Janganlah engkau limpahkan kekayaan padaku kekayaan yang dapat menjauhkan diriku dariMu. Tetapkanlah aku dalam kemiskinan agar aku memiliki waktu yang lebih untuk mendekatkan diri padaMU. Dengan begitu, aku akan mendapatkan ketentraman dan kebahagian karenanya. Yaa Allah, jadikanlah aku orangtua yang mewariskan ilmu pada anak-anakku agar anak-anakku kelak mendapatkan ketentraman bathin yang hakiki dengan kedekatannya denganMu. Aku percaya bahwa Engkau telah menjamin rizki setiap nyawa yang Engkau ciptakan. Maka limpahkanlah rizki yang dapat membuatku tentram dan jauhkanlah hal yang sebaliknya.

Tidak ada komentar:

Beautiful Animals