Seminggu ini tidak ada kejadian aneh yang saya alami. Kehidupan berjalan datar saja. Justru kolega yang rupanya mengalami grafik emosi yang turun naik.
Sudah sejak lama ada beberapa kolega yang sering CURHAT sama saya. Kebanyakan sih soal kejadian yang dialami di tempat kerja. Masalahnya timbul karena persaingan tidak sehat, sehingga salah satu bosnya kemakan isyu dan akhirnya sama sekali tidak suka (benci) sama kolegaku itu.
Awal dia curhat, saya coba mengorek keterangan lengkap dari semua kejadian yang dialami, siapa tau memang temenku itu yang salah bersikap. Memang sih ada beberapa sikap yang kurang pas yang mungkin justru menjadikan suasana tambah tidak karuan. Bagaimana pun temenku itu adalah seorang bawahan. Masalahnya juga adalah bahwa temenku itu adalah orang yang baru dipindahkan ke posisi baru yang banyak diincar orang. Nah... lengkaplah sudah penderitaannya.
Ada beberapa sikap dari kejadian temenku itu yang membuat saya heran. Terutama masalah sikap bosnya (yang kebetulan bosku juga) yang kelihatannya begitu benci sama orang. Padahal sudah sangat senior. Aneh memang, orang yang mestinya jadi "Bapak" buat semua karyawan malah memihak orang yang justru gosip miringnya nomor wahid.
Fenomena seperti ini saya kira banyak juga terjadi di tempat lain, bahkan sudah menjadi ciri umum dari instansi kerja yang bersifat massal atau kolosal (karyawannya banyak gitu.. lo). Bahkan di tempat lain sampe pake tindakan dukun segala (emangnya ada karyawan yang ditolak cinta ? pake dukun segala).
Sesuai judul catatan di atas (CURHAT), cerita di atas sekedar satu dari sekian banyak yang paling menjadi alasan seseorang mencari tempat curhat. Ada yang kebetulan punya istri / suami yang responsif untuk diajak bercurhat ria ada pula yang kebetulan tidak begitu. Dalam kondisi RT "negatif" seseorang akan menjadikan temannya sebagai tempat curhat. Apa boleh ? atau "apa boleh buat" ?
Kondisi lainnya yang juga sering terjadi, seseorang yang akan mencari tempat curhat dengan alasan bahwa lawan curhat tersebut dia percayai sebagai orang yang enak diajak bicara, atau sebagai pendengar yang baik, atau pandai memberikan nasihat atau argumen, atau dalam kasus extrim seseorang bercurhat pada orang yang dia "sukai", dan tentunya masih banyak alasan-alasan lainnya.
Alasan bercurhat pun cukup banyak, diantaranya memang dia menginginkan umpan balik mengharapkan nasihat atau pendapat sebagai referensi, sekedar menumpahkan unek-unek atau emosinya, mencari pembenaran, atau sekedar mencari perhatian dari "tempat curhatnya", atau ada lagi yang sebetulnya dia menginginkan informasi penting dari umpan balik curhatnya.
Yang jelas, tema curhat hampir pasti soal ketidakpuasan akan sesuatu kondisi yang dialami. Daripada dipendam dalam kepalanya sendiri kan akan lebih ringan bila masalah tersebut didistribusikan ke kepala orang lain.
Perlukah orang bercurhat ? Ada beberapa sifat dominan dari orang yang suka bercurhat yang pernah saya jumpai, diantaranya ialah orang tersebut biasanya emosional, atau perfectionist, atau manja, atau karena agak "bodoh". Seorang yang tawadlu (rendah hati), sombong, tidak perduli (masa bodoh), atau sangat mandiri atau pede kate, hampir bisa dipastikan tidak pernah bercurhat. Bagi orang yang emosional atau perfectionist, curhat bisa jadi merupakan terapi yang cukup ampuh untuk mengurangi resiko kena penyakit psikologis (penyakit hati gara-gara keseringan sakit hati!).
Sudah sejak lama ada beberapa kolega yang sering CURHAT sama saya. Kebanyakan sih soal kejadian yang dialami di tempat kerja. Masalahnya timbul karena persaingan tidak sehat, sehingga salah satu bosnya kemakan isyu dan akhirnya sama sekali tidak suka (benci) sama kolegaku itu.
Awal dia curhat, saya coba mengorek keterangan lengkap dari semua kejadian yang dialami, siapa tau memang temenku itu yang salah bersikap. Memang sih ada beberapa sikap yang kurang pas yang mungkin justru menjadikan suasana tambah tidak karuan. Bagaimana pun temenku itu adalah seorang bawahan. Masalahnya juga adalah bahwa temenku itu adalah orang yang baru dipindahkan ke posisi baru yang banyak diincar orang. Nah... lengkaplah sudah penderitaannya.
Ada beberapa sikap dari kejadian temenku itu yang membuat saya heran. Terutama masalah sikap bosnya (yang kebetulan bosku juga) yang kelihatannya begitu benci sama orang. Padahal sudah sangat senior. Aneh memang, orang yang mestinya jadi "Bapak" buat semua karyawan malah memihak orang yang justru gosip miringnya nomor wahid.
Fenomena seperti ini saya kira banyak juga terjadi di tempat lain, bahkan sudah menjadi ciri umum dari instansi kerja yang bersifat massal atau kolosal (karyawannya banyak gitu.. lo). Bahkan di tempat lain sampe pake tindakan dukun segala (emangnya ada karyawan yang ditolak cinta ? pake dukun segala).
Sesuai judul catatan di atas (CURHAT), cerita di atas sekedar satu dari sekian banyak yang paling menjadi alasan seseorang mencari tempat curhat. Ada yang kebetulan punya istri / suami yang responsif untuk diajak bercurhat ria ada pula yang kebetulan tidak begitu. Dalam kondisi RT "negatif" seseorang akan menjadikan temannya sebagai tempat curhat. Apa boleh ? atau "apa boleh buat" ?
Kondisi lainnya yang juga sering terjadi, seseorang yang akan mencari tempat curhat dengan alasan bahwa lawan curhat tersebut dia percayai sebagai orang yang enak diajak bicara, atau sebagai pendengar yang baik, atau pandai memberikan nasihat atau argumen, atau dalam kasus extrim seseorang bercurhat pada orang yang dia "sukai", dan tentunya masih banyak alasan-alasan lainnya.
Alasan bercurhat pun cukup banyak, diantaranya memang dia menginginkan umpan balik mengharapkan nasihat atau pendapat sebagai referensi, sekedar menumpahkan unek-unek atau emosinya, mencari pembenaran, atau sekedar mencari perhatian dari "tempat curhatnya", atau ada lagi yang sebetulnya dia menginginkan informasi penting dari umpan balik curhatnya.
Yang jelas, tema curhat hampir pasti soal ketidakpuasan akan sesuatu kondisi yang dialami. Daripada dipendam dalam kepalanya sendiri kan akan lebih ringan bila masalah tersebut didistribusikan ke kepala orang lain.
Perlukah orang bercurhat ? Ada beberapa sifat dominan dari orang yang suka bercurhat yang pernah saya jumpai, diantaranya ialah orang tersebut biasanya emosional, atau perfectionist, atau manja, atau karena agak "bodoh". Seorang yang tawadlu (rendah hati), sombong, tidak perduli (masa bodoh), atau sangat mandiri atau pede kate, hampir bisa dipastikan tidak pernah bercurhat. Bagi orang yang emosional atau perfectionist, curhat bisa jadi merupakan terapi yang cukup ampuh untuk mengurangi resiko kena penyakit psikologis (penyakit hati gara-gara keseringan sakit hati!).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar