Selasa, 03 November 2009

STRESS, Ada Apa ?


Apa yang paling popular dibicarakan paska Pemilu 2009 ? Ternyata adalah stress. Ya…, ternyata banyak caleg gagal yang mengalami gangguan jiwa alias stress. Di Balai Rehabilitasi Mental Karanganyar Purbalingga sudah merawat 14 orang caleg gagal (yang konon kini tinggal bersama Si Pemakan Manusia Sumanto !!). Dalam sebuah forum temu media FKUI terungkap bahwa sekitar 186.000 orang caleg gagal mesti mendapatkan bantuan psikologi karena gangguan lazim, 4.800 caleg memerlukan perawatan jalan dan pengobatan, dan sekitar 480 orang caleg perlu mendapatkan perawatan di RSJ !!!. Perkiraan ini dihitung berdasarkan prevalensi kesehatan dasar tahun 2007 yang diproporsikan dengan jumlah caleg gagal.

Terbukti seorang ibu di Ciamis yang gagal caleg ditemukan bunuh diri tergantung dengan jeratan kain kerudung, padahal masih muda dan tengah hamil pula. Tahun lalu ada juga seorang calon bupati gagal di Jawa Tengah yang stress dan gila, sampai berjalan-jalan keliling kampung tanpa busana. Bagaimana tidak ? Gagal jadi bupati, meninggalkan banyak utang miliaran, ditinggal cerai pula sama istrinya. (kacian deh loo…..!! sudah jatuh ketimpa durian satu truk, gila deh)

Seriusss…..,

Pada dasarnya setiap orang berpotensi stress dengan berbagai tingkatan tergantung pada kekuatan mental dan fisiknya. Reaksi stress juga bermacam-macam. Orang bermuka tebal, super egois, dan bermuka setan jelas jarang stress (tidak percaya ? teliti aja sendiri !! Ha… ha….ha).

Yang ini serius bener :

Stress bukanlah hal yang sepele, kondisi mental yang tidak stabil itu memberikan dampak yang bermacam-macam. Beban kerja / pikiran yang tinggi, masalah keuangan, tekanan hidup, atau keinginan yang tidak tercapai tanpa disadari menyebabkan efek jangka panjang pada fisik dan mental. Seorang yang mengalami stress umumnya jadi mudah tersinggung, atau tingkat kepeduliannya sangat berkurang, atau kehilangan gairah hidup, atau merasa cepat lelah, atau malah menjadi super agressif (makanya jangan salah kalau melihat orang atau teman kita tiba-tiba lebih bergairah dari biasanya, belum tentu dia lagi senang, siapa tahu mungkin malah dia itu lagi stress !!).

“Saya bercerita tentang tetangga yang baru pergi ke tempat kerja saja suami saya langsung tersinggung” kata seorang istri yang suaminya baru sebulan kena PHK.

“Saya biasanya akan lebih banyak bicara kalau sedang banyak pikiran, malah bicara saya kadang rada ngawur” kata seseorang mengaku.

“Kadang saya kasian melihat anak-anak yang salah sedikit saja sampai dibentak-bentak sama bapaknya” kata istri yang lain yang suaminya sedang menghadapi tekanan pekerjaan di kantornya.


“Ada kalanya saya bisa lebih cepat menyelesaikan tugas kantor kalau sedang stress, bahkan hasilnya lebih bagus dari biasa” aku seorang karyawan.

“Kebanyakan perempuan akan makan lebih banyak saat dia stress” kata seorang ahli.

“Kalau saya rada aneh kali ya…., kalau sedang banyak pikiran istri saya suka jadi korban” seseorang mengaku. “Emang kenapa?” tanya temannya. “Gairah saya meningkat dua kali lipat dari biasa !!. Untung istri saya tidak suka nolak”

Nah… semua fenomena di atas itu merupakan sedikit contoh dari ribuan “manifestasi“ stress. Menurut seorang akhli, stress sebenarnya merupakan kondisi dimana seseorang sedang mengalami adaptasi terhadap stressor (penyebab stress). Jika dia dapat melewati proses adaptasi itu, maka ia akan sehat, namun jika tidak berhasil, maka ia akan mengalami gangguan jiwa atau distress. Gangguan jiwa ada dua macam. Yang pertama adalah gangguan jiwa dimana pikiran penderita tidak realistik, dinamakan gila. Penderita tidak merasakan sakit, akan tetapi kondisi pikirannya ada dalam kebingungan. Gangguan jiwa yang kedua adalah gangguan jiwa dimana pikiran penderita masih terkendali akan tetapi mental dan fisiknya lebih terganggu, misalnya perasaan malu atau bersalah yang berlebihan. Penderita kedua inilah yang kadang-kadang dapat mengambil tindakan yang irrasional dan tak terduga, seperti bunuh diri.

Seorang anak yang rajin belajar dan biasa mendapat nilai yang bagus akan mengalami stress lebih berat saat dia tidak lulus ujian dibanding anak yang biasa-biasa saja.

Tetangga saya yang baru setahun pensiun selalu sakit-sakitan, padahal menurut pemeriksaan dokter kondisi fisiknya normal-normal saja. Sebulan ini sembuh, sebulan kemudian sakit lagi, penyakitnya juga tidak jelas.

Yang lucu…. Ada kerabat saya yang mengalami pensiun dipercepat, hampir setiap istrinya pergi dia selalu minta ikut sekalipun pergi ke pasar tradisional yang becek dan bau. Karena sering diomelin istrinya, akhirnya dia cari kegiatan sendiri dan tanpa pikir panjang dia terima tawaran temannya aktif di partai politik. Ujung-ujungnya karena dia orang baru di partai, banyak uang tabungannya yang terkuras ngurusin kegiatan partai. Untungnya cepat sadar kalau dia malah tambah stress. Sekarang dia lebih banyak ngurusin kebun dan cucu-cucunya yang masih lucu.

Apa pendapat para pakar agar terhindar dari stess yang berpotensi menjadi distress ? Ternyata semua sepakat bahwa antisipasi stress yang paling efektif adalah pembinaan mental spiritual secara dini. Maksudnya ? Yaitu memperkuat laku bathin dengan pelaksanaan tuntunan agama secara baik dan berkesinambungan. Membina perasaan ikhlas dengan keadaan yang dialami melalui penanaman rasa bahwa manusia diciptakan dengan segala kekurangan dan di balik semua kejadian pasti ada hikmah yang tersembunyi. TUHAN ITU PENUH DENGAN RAHASIA. Ada kalanya kita menyukai sesuatu padahal yang kita sukai itu buruk untuk kita, dan ada kalanya kita membenci sesuatu padahal itu sangat baik untuk kita. Wallahualam.

Tidak ada komentar:

Beautiful Animals