Sabtu, 01 Mei 2010

Sepenggal Cerita Dari Kereta Rel Listrik (KRL)

Walaupun berdesakan seperti biasa dan badan letih karena banyak tugas di kantor, saya paksakan masuk juga di KRL. Saya pikir saya harus segera sampai di rumah sebelum adzan magrib.

Sebenarnya saya sudah terbiasa dengan desakan para penumpang dan berdiri selama kurang lebih satu jam. Terbiasa melihat tangan-tangan bergelantungan di pipa-pipa yang memang nampaknya disediakan untuk berpegangan. Terbiasa dengan dorongan badan saat gerbong kereta agak oleng ke kiri atau kanan. Kadang ada juga yang nampaknya sengaja bersandar ke badanku untuk mengurangi beban menahan goncangan kereta. Kadang kesal juga bila berdampingan dengan penumpang yang tidak perduli dengan yang lainnya. Walaupun begitu, masih patut disyukuri bahwa toleransi mereka rata-rata sangat baik. Menolong mengangkatkan tas atau kantung ke rak bagasi, atau menyarankan bergeser sedikit agar posisinya lebih nyaman, dan yang paling sering adalah mempersilahkan penumpang wanita duduk walaupun dirinya masih jauh dari tempatnya turun.

Sore itu ... ada sesuatu yang luar biasa. Saat perjalanan hampir setengah jarak tujuan, saat kepadatan penumpang sudah agak berkurang, kulihat sesuatu yang indah dilihat. Apalagi kalau bukan lawan jenis. Tapi yang ini sangat berbeda. Berbeda karena wajahnya mengingatkanku akan kenangan puluhan tahun lalu. 



Kuperhatikan lagi wajah itu.Masya Allah, mirip sekali ... walaupun kemiripan itu atas rupa masa lalu. Yaa Allah... kenapa kau nampakkan lagi bayangan itu ?

Semakin kuperhatikan wajah lembut itu.... hatiku mulai berguncang. Ah.. pikirku.... aku ni sudah tua... kenapa harus terpengaruh hal seperti ini ? Kucoba tenangkan perasaan ini ... malu rasanya menerima kenyataan bahwa perasaanku masih seperti dulu, terguncang kalau bertemu dia.

"Hei.... kamu sudah tua ..... tak pantas kamu bersikap seperti itu. Lagi pula itu hanya bayangan !!" kata hati warasku. Apalagi bayangan itu diwakili seorang gadis yang hanya terpaut beberapa tahun saja dari anakku !!.

Akhirnya aku dapat tempat duduk juga saat seorang Ibu didepanku bersiap untuk turun. Sejajar dengannya, tapi terhalang oleh 2 orang penumpang lain. Perasaanku agak tenang karena posisiku tidak lagi menghadapinya. Sesaat aku rasakan kenyamanan di kedua buah kakiku setelah menahan badan selam 45 menit. Lumayan juga, betisku sudah mulai kaku dan terasa letih pegal. Kugoyang-goyang kedua kakiku untuk melemaskan ototnya. Pikiranku pada wajah itu agak sedikit terlindungi karena ngurus betisku dan wajahnya tidak lagi tepat didepanku.

Godaan ternyata belum berhenti juga, sesekali aku masih curi pandang. Sulit juga menghindar dari menikmati wajah lembut seperti itu, apalagi ada goresan memori yang cukup dalam dari rupa seperti itu. Yaa Allah, adakah maksudmu mengingatkanku akan wajah itu ? Ataukah Engkau hendak mengujiku ? Kucoba pejamkan mata yang memang sudah cukup lelah. Sesaat aku terlelap.

Tiba-tiba kereta berhenti. Kubuka mataku, melihat sekeliling. Banyak orang turun, tapi banyak pula yang tetap duduk. Ada keraguan dalam pikiranku, apa sudah sampai di tujuan ? Dalam keraguan aku sepontan berdiri menuju pintu dan melihat suasana diluar kereta melalui pintu gerbong. Ah... ternyata masih satu ruas lagi, belum sampai di tujuan.

Aku baru sadar, ternyata aku sudah berdiri disamping tempat duduknya yang memang berada dekat pintu. Kutengok sebentar wajah lembut itu. Dia sedang sibuk dengan HPnya, rupanya dia sedang mengetikkan sms. Aku berdiri membelakanginya walau masih tetap tepat disampingnya. Perasaanku tidak lagi seperti awal kulihat dia. Ini hanyalah bayangan, Allah hendak mengujiku !.

Tidak lama kereta mulai memperlambat lajunya. Rupanya sudah mulai memasuki areal stasiun tujuan akhir. Aku berdiri gagah tepat didepan pintu sambil menikmati suasana diluar kereta yang memang masih terang benderang.

Kereta mulai berhenti. Penumpangpun serabutan keluar, begitu juga aku. Beberapa langkah aku tinggalkan pintu kereta, tak terasa aku balikkan badan. Ternyata aku masih penasara dengan wajah lembut itu, kira-kira kemana tujuannya. Tak kulihat wajah itu keluar dari pintu. Kutebar pandanganku ke sekitar, tapi tak kulihat wajah itu. Aku kehilangan dia. Cepat sekali menghilangnya, kupikir. Ah.. sudahlah, urusanku sekarang adalah bergegas sampai dirumah.

Saat melewati pintu gerbong depan .... tiba-tiba pandanganku tertuju pada sosok dengan kerudung ungu di seberang gerbong yang berjalan menuju pintu keluar yang jadi tujuanku juga. Tak sadar aku lompati pintu kereta, kuseberangi kereta lewat pintu itu dan aku bergegas mendekati bayangan ungu itu walaupun harus berlompatan diantara rel kereta. Ah... benar juga... ternyata dia si wajah lembut itu. Dengan perasaan yang tetap tenang, aku berjalan beberapa langkah dibelakangnya menuju keluar stasiun kereta. Kira-kira ke arah mana tujuannya ?

Saat diujung gang menuju keluar, tiba-tiba dia berhenti, memutar badan dan tersenyum dengan senyumannya yang membuat memoriku merasuk kembali dalam pikiranku. Senyum itu memang khas, tak akan bisa kulupakan sampai kapanpun. Matanya sekilas berkeliling seperti mencari sesuatu dengan tetap menyunggingkan senyuman.

Tiba-tiba seorang lelaki sebayanya menghampirinya dari sebelah gang. Lelaki itu langsung menggenggam tangannya. Tampaknya dia sangat senang dengan pertemuan itu. Kulihat jelas sekali dari pandangan matanya. Ah... rupanya dia sudah ada yang menjemput. Kulihat dari gerak-geriknya, nampaknya mereka itu sepasang kekasih.

Ya sudahlah .. pikirku. Urusanku dengannya sampai disitu saja. Kuteruskan langkahku melewati mereka. Yaa Allah... jadikanlah mereka sebagi pasangan hidup yang bahagia dunia akhirat ...........

1 komentar:

kikils mengatakan...

seru juga ya kisahnya ini..

Beautiful Animals